SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Sistem informasi geografis

GIS dengan Quantum GIS.Sistem Informasi Geografis (bahasa Inggris: Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.Sejarah pengembangan35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis, para pemburu Cro-Magnon menggambar hewan mangsa mereka, juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut.Pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus.Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan “litografi foto” dimana peta dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an.Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS – SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI – Canadian land Inventory) – sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis.GIS dengan gvSIG.CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua Amerika , memasukkan garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson kemudian disebut “Bapak SIG”.CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor lain seperti ESRI dan CARIS berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer.Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO dalam menyusun “Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)” dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan riset.

 

XML Dalam Sistem Informasi Geografis

 

Kita telah mengenal berbagai format proprietary dari aplikasi-aplikasi SIG yang berbeda-beda, baik dari segi vendor-nya maupun perbedaan versi dari tiap format. Lumrah saja, karena tiap vendor menginginkan format yang efisien dan sesuai dengan aplikasi yang mereka buat. Terdapat fungsi dan aplikasi untuk korvesi antar format, tapi tidak selalu memadai karena ada keunikan dari tiap format yang belum tentu dapat dikonversi ke format lain.Hal ini juga menjadi hambatan untuk webmapping , karena setiap aplikasi akan memerlukan client environment yang berbeda-beda pula. Tidak semua orang bersedia menginstall software tersendiri (applet khusus, plug-ins tertentu dll) bagi tiap aplikasi webmap yang ingin mereka lihat. Karena perbedaan format menghambat pemanfaatan data geografis secara lebih luas, diperlukan cara pertukaran data yang dapat dipahami secara global. Fungsi ini dapat dipenuhi oleh XML (eXtensible Markup Language).eXtensible Markup LanguageXML adalah bahasa markup yang menyediakan sintaks yang lentur (dapat dikembangkan sesuai kebutuhan) dan independen (tidak tergantung sistem platform). Jadi sesuai untuk sarana pertukaran data antar berbagai ragam sistem, baik lewat internet atau jalur lain [1]. Format ini merupakan rekomendasi dari World Wide Web Consortium. XML memungkinkan untuk memuat baik data koordinat, data penyerta dan instruksi yang menyatakan jenis perlakuan terhadap data tersebut. Perlakuan itu dapat berupa transformasi data ke bentuk lain ataupun untuk menyatakan bagaimana data ditampilkan. Penggunaan XML memungkinkan penerapan internet SIG dalam bentuk yang lebih terbuka, murah dan beragam tapi tetap kompatibel. Hal tersebut dapat diwujudkan oleh beberapa subset/turunan dari XML, yaitu SVG, XSL dan GML. Dunia XML memang penuh dengan akronim tiga huruf yang kadang membingungkan, untuk itu masing-masing akan coba dipaparkan secara singkat.Scalable Vector GraphicsUntuk keperluan SIG, tentunya diperlukan format untuk tampilan data spasial. Karena XML bersifat general, maka untuk keperluan grafis diperkenalkan suatu subset XML yaitu SVG (Scalable Vector Graphics), suatu standar terbuka untuk grafik 2D yang merupakan rekomendasi dari W3C [2].


Peta Geologi gabungan vektor dan raster[15]

Hasil pemilu dalam SVG.[16]

Penggunaan SVG dalam SIG telah memberikan dampak terutama terhadap aplikasi webmap. Contoh tampilan webmap interaktif yang menggunakan SVG sudah cukup banyak saat ini, seperti gambar di kiri. SVG memungkinkan penggunaan vektor yang memberikan banyak keunggulan dibanding format raster yang selama ini kita kenal. SVG juga dilengkapi dengan SVG DOM (Document Object Model) untuk membuat peta yang interaktif. Terdapat juga spesifikasi untuk mobile devices (SVG tiny) [2] dan browser phones (pSVG) [8,9]. SVG juga dapat dikompresi sehingga menurunkan ukuran transfer secara signifikan. Dengan kemampuan SVG untuk memuat data vektor, bitmap dan teks, orang akan menganggap hanya dengan SVG sudah cukup. Dan memang saat ini sudah banyak contoh webmap yang menggunakan SVG, baik untuk tampilan dan data penyertanya [7]. Walau demikian, ada beberapa hal yang tidak tercakup dalam spesifikasi SVG. Misalnya mengenai standar link feature terhadap data, sistem referensi spasial yang digunakan, feature buffer atau standar skema data spasial.
Memang sengaja tidak dicakup karena SVG adalah suatu format grafis umum yang tidak hanya digunakan untuk aplikasi SIG, sehingga pertukaran data secara terbuka akan rumit jika hanya mengandalkan SVG. Untuk itu diperlukan subset XML lain, yaitu GML.
Geographic Markup LanguageGML adalah suatu subset XML untuk transformasi dan penyimpanan informasi geografis, baik data spatial ataupun non spatial dari suatu obyek geografis. GML adalah spesifikasi dari OpenGIS Consortium.

Komponen untuk layanan feature geografis[5]

GML menyediakan framework yang terbuka dan independen untuk mendefinisikan obyek dan skema dari suatu aplikasi SIG. Hal ini meningkatkan kemampuan untuk berbagi skema dan informasi geografis [5]. Format ini juga berperan penting dalam implementasi Web Feature Server (WFS).WFS adalah suatu modul yang mengimplementasikan interface standar untuk operasi data spasial yang berada dalam suatu datastore [5]. Datastore tersebut dapat berupa general SQL database, flat XML file, spasial database, proprietary format dll, dan manipulasi terhadap datanya dapat dilakukan melalui Web. HTTP server adalah server yang dapat melayani HTTP request. Aplikasi klien adalah aplikasi yang berkomunikasi dengan web server menggunakan HTTP, misalnya suatu browser. Standar yang interoperable mempermudah klien dalam menggunakan web sebagai sarana mengakses data geografis dan servis geografis lainnya. Tentu saja, GML hanya mengatur mengenai skema dan penulisan data spasial, sedangkan untuk menampilkannya dapat menggunakan SVG.Extensible Stylesheet LanguageXSL merupakan subset dari XML yang direkomendasikan W3C untuk mendefinisikan stylesheets [3]. Suatu dokumen XML dengan struktur tertentu dapat diproses oleh suatu XSL stylesheet menjadi bentuk lain yang diinginkan. Karena XSL adalah bahasa prosedural, XSL hanya berfungsi jika diterjemahkan menggunakan XSL Transformation (XSLT) [4].XSL dipergunakan untuk mentransformasikan data (GML) menjadi tampilan grafis di klien (SVG). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan prosesor untuk XSLT seperti Xalan atau Saxon. Di server hal ini dapat dilakukan secara otomatis untuk menghasilkan SVG. Sedangkan di sisi klien hal ini – paling tidak saat ini – masih harus dilakukan secara manual, karena browser belum memberikan keleluasaan untuk itu.Cara lain untuk mengubah GML menjadi SVG, adalah dengan langsung mengakses Document Object Model, baik di server ataupun di klien. Di server, dapat dilakukan dengan menggunakan servlet, atau server scripts, atau aplikasi lain yang mampu mengakses DOM dari suatu dokumen XML. Di sisi klien, cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan EcmaScript.Peta dengan XMLJika melihat format XML yang berupa tag-tag dalam bentuk teks, akan sulit membayangkan membuat aplikasi SIG berdasarkan XML. Tapi XML bukanlah bahasa pemrograman, melainkan data yang diproses oleh User Agent (aplikasi di server, browser dll) dengan instruksi tertentu.Jika kita sudah memiliki data GML (baik berupa file yang dihasilkan suatu aplikasi atau stream dari web), data tersebut harus diolah lebih lanjut agar dapat ditampilkan. Dalam GML dimungkinkan untuk merujuk pada suatu skema data sehingga pemrosesan GML dilakukan berdasarkan skema tersebut.
GML kemudian dapat ditransformasikan menggunakan XSL-XSLT, yang dapat dilakukan baik di server (misalnya Cocoon) atau secara lokal (misalnya menggunakan Saxon, atau parsing menggunakan clientside script). Di masa datang diharapkan XSL dapat dilaksanakan langsung di browser.
Setelah melalui proses transformasi, file GML akan menjadi SVG yang dapat dilihat menggunakan browser. (contoh file GML, XSL dan SVG dapat dilihat di bagian akhir). Saat ini, SVG di browser masih memerlukan plug-ins, karena SVG masih merupakan format yang baru, sehingga membutuhkan waktu bagi pembuat browser untuk mengadopsi-nya. Kecuali anda menggunakan browser khusus SVG seperti Amaya atau Batik.Proses tersebut, mulai dari data, proses dan output semuanya berupa dokumen XML. Hal lainnya adalah proses ini dapat dilakukan menggunakan software-software opensource.Sekilas muncul pertanyaan, mengapa tidak langsung menghasilkan SVG dari database atau aplikasi lainnya? Mengapa harus melalui GML?[18] Ilustrasi berikut mengenai Web Feature Server mungkin dapat membantu.

Konsep penggunaan XML dan pertukaran dataPenggunaan format XML (dalam hal ini GML) sangat penting karena berfungsi sebagai jembatan, terutama untuk penerapan Web Feature Server[14].Dari binary ke teksSampai di sini mungkin masih ada yang mengganjal. Bagaimana mengubah data-data SIG yang sudah ada dan umumnya dalam bentuk binary ke XML? Hal ini masih harus dilakukan karena saat ini data-data SIG umumnya adalah dalam format proprietary (shapefile/dbf, mif/mid dll) yang berupa binary.Beberapa cara yang dilakukan antara lain :

  • Dapat menggunakan bahasa pemrograman/script yang terdapat pada aplikasi SIG untuk mengambil data-data dan menghasilkan format XML (misalnya avenue pada ArcView 3.x, VB pada ArcGIS, atau mapBasic pada MapIfo).
  • Memasukkan data SIG dalam database, dan membuat file XML baik dengan fungsi yang ada pada database atau dengan bantuan aplikasi lain (PHP, perl, JSP, XSQL, XSL dll) [10].
  • Jika tidak memiliki software SIG, dapat membuat sendiri program yang membaca format binary, kemudian dieksport ke XML atau database. Ada juga aplikasi opensource maupun komersial yang dapat melakukan hal ini untuk beberapa format binary SIG [13].
  • Menggunakan aplikasi yang berjalan di server untuk membaca format binary dan langsung di-stream melalui web dalam bentuk GML.

Di masa datang hal ini akan lebih mudah, karena vendor applikasi SIG akan mengadopsi format XML atau turunannya baik untuk proses import atau export. Selain itu perkembangan teknologi GPS memungkinkan untuk langsung memproses data koordinat [11].XML bukan hanya sekedar suatu format data, dan memang tidak didesain sebagai format penyimpanan semata. Data-data aplikasi SIG besar kemungkinan akan tetap menggunakan format proprietary, karena masing-masing vendor aplikasi SIG mempunyai pertimbangannya masing-masing (efisiensi, investasi yang ditanam dalam format tsb, proteksi dll). XML lebih berguna sebagai sarana pertukaran baik offline atau online. Untuk database, perlu dipertimbangkan bahwa data XML bersifat hirarkis, sedangkan database relational. Selain itu database saat ini sudah ada yang memiliki kemampuan spasial. Jadi penyimpanan di database akan lebih memadai, dan struktur database-nya terserah kepada masing-masing pihak. Hasil query dapat disusun dan dikirim kepada klien dalam format XML tertentu yang sesuai [10]. Keuntungan penggunaan XML dalam SIGDengan segala kerepotan ini, keuntungan apa yang dapat diambil? Banyak sekali.

  • Format yang berupa standar terbuka.
  • Peta berbasiskan vektor dengan kualitas grafis yang baik.
  • Fasilitas DOM untuk modifikasi dokumen dan interaksi dengan pengguna.
  • Lebih hemat bandwith.
  • Extensible dengan berbagai teknologi di server (servlets, JSP, ASP, PHP, Pearl dll).
  • Konfigurasi sistem klien yang generik dan fleksibel.
  • Penerapan konsep pemisahan isi dari style, berarti memudahkan manajemen data.
  • Implementasi SIG yang tidak memerlukan biaya besar, lebih terjangkau oleh semua pihak.
  • Klien yang berdasarkan pada interface standar memungkinkan koneksi ke berbagai server, database, web service dll.
  • Memungkinkan adanya desentralisasi data geografis dengan pendekatan bottom up [6].
  • Data yang terdistribusi di berbagai tempat dapat diekstrak kemudian diintegrasikan secara mudah, selama tetap menggunakan format pertukaran standar.
  • Membuka peluang bagi terciptanya Sistem Informasi Kolaboratif [12].
  • Integrasi dengan non-GIS software, karena XML merambah ke semua bidang. Basis pengguna SIG bertambah luas.
  • Interaksi SIG dengan bidang lain secara lebih luas, dan penggunaan SIG untuk bidang yang selama ini belum terjamah SIG.

Beberapa keuntungan diatas memang dapat tercapai jika penggunaan XML telah diadopsi secara luas, yang diyakini hanya masalah waktu saja. Hambatan

-Penggunaan XML belum mencapai tahap massal.
-SVG masih belum disupport secara native di beberapa browser, jadi saat ini masih memerlukan plugins.
Hal diatas memang wajar terjadi karena ada rentang waktu yang diperlukan dalam setiap pengadopsian teknologi baru.
-Masalah HAKI, tidak semua data disediakan untuk publik.
-Masalah organisasi dari institusi/badan/perusahaan untuk berkolaborasi bersama-sama.
-Kesenjangan teknologi informasi yang kita alami di Indonesia (istilah gagahnya adalah digital divide), baik di tingkat bawah, menengah dan atas.

Proyeksi Peta

Bentuk bumi yg selama ini kita liat adalah sebuah model bumi yg dibikin oleh manusia, kadang ada berbentuk bulat kadang berbentuk elips. Tp sebenarnya bukan seperti itu bentuk bumi, bentuknya adalah tidak beraturan. Dan biar lebih mudah ngegambarnya, akhirnya lebih umum menjadi bulat. Dan bentuk bulat ini di bikin datar oleh peta. Namanya juga peta, kan gambaran permukaan bumi dalam bidang datar

Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi.

Ini nieh ukuran bumi dalam angka

Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1

radius equatornya lebih panjang dari pada radius kutub

Pernah mengupas jeruk? Pasti susah bangat meletakkan kulit jeruk menjadi bidang datar, tetapi kulit jeruk tersambung semua. begitu juga yg di alami oleh kartografer ketika memetakan permukaan bumi, mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar menjadi peta datar yang nyambung. peta tidak terkecuali globe mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan proyeksi peta. Dalam penyusunan peta diperlukan suatu proyeksi peta yg memberikan hubungan antara titik-titik di bumi dengan di peta, proyeksi yg dipilih dipersyaratkan memiliki distorsi yg kecil.

Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.

Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta

untuk memenuhi semua ketiga persyaratan perubahan dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin bangat, maka ada kompromi2 dalam menggunakan syarat tersebut, sehingga munculah berbagai macam jenis proyeksi. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)

Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator)

WGS-84 (World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang sama – WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi.

Proyeksi UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat2 ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain adalah (1) menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart yang mempunyai faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran = 0.9996, (4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS dan (5) proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi).

Sistem Informasi Geografis Manajemen Data Potensi Migas

Minyak dan gas (MIGAS) merupakan salah satu sumberdaya alam yang tidak terbarukan (non-renewable), terperangkap dalam batuan reservoar dan terbentuk melalui proses geologi. Kegiatan usaha bidang migas sendiri merupakan investasi yang mahal dan beresiko tinggi. Untuk mengurangi resiko tersebut maka dalam kegiatan eksplorasi migas perlu dilakukan sejumlah tahapan kegiatan dengan berbagai metode dan teknologi, mulai dari yang paling dasar dan murah hingga mahal supaya dapat memilah daerah yang masih potensial dan layak dikembangkan lebih lanjut.

Investasi dalam kegiatan MIGAS akan berakibat pada penambahan volume dan jenis data, maka diperlukan sistem pengelola data yang terintegrasi. Integrasi data cadangan migas yang baik akan menimbulkan efisiensi baik dari segi biaya ataupun waktu. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan alat Bantu berfungsi untuk meningkatkan optimalisasi data yang berkaitan dengan spasial atau koordinat geografis baik secara manual atau otomatis dengan komputer (digital).

Informasi manajemen data potensi migas berbasis SIG akan membantu pemerintah dalam pengambilan keputusan kebijakan bidang migas dan juga akan sangat membantu masyarakat dan investor bidang industri migas beserta pendukungnya dalam menentukan. Hasil SIG yang komunikatif, informatif dan atraktif akan lebih bermanfaat dan mampu sebagai dasar semua pihak mempercepat pelaksanaan tugasnya.

Kegiatan termaksud mengelola data untuk menghasilkan ;

  • Data migas yang terintegrasi
  • Manajemen data lapangan migas yang komprehensif
  • Optimalisasi data tiap lapangan migas
  • Efisiensi biaya dan waktu dalam perolehan informasi.

Dengan hasil ini diharapkan akan dapat membantu pengambil keputusan dan pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan-keputusan di sektor migas, juga akan memudahkan dan membantu investor dalam investasinya.

Secara umum ruang lingkup dalam riset ini dilakukan pegumpulan data sekunder serta penggunaan teknologi Sistem Informasi untuk penyusunan Sistem Informasi GeografisManajemen Data Migas Sumatera Tengah. Teknologi SIG digunakan untuk menjelaskan dan memaparkan aspek-aspek yang terkait secara langsung dengan kegiatan eksplorasi dan produksi migas, identifikasi data terkait data dasar kegiatan hulu migas.

Metoda yang dipakai dalam kegiatan ini menggunakan anlisis data sekunder Hasil Laporan Kegiatan Penemuan Cadangan MIGAS T.A. 2002 dan 2003. Garis besar pelaksanaan pekerjaan seperti dalam bagan alir (lihat GambarBagan alir).

Berdasarkan data dan informasi yang ada dilakukan inventarisasi dan identifikasi. Pada tahap pemrosesan data (rektifikasi dan digitasi) pemasukan data spasial dan data tabular semua coverage belum diorganisasikan. Setelah semua informasi data spasial dilengkapi dengan data tabularnya, maka semua data coverage diorganisasikan secara tematik sebagai rangkaian layer serta diorganisasi secara spasial dengan lembar peta. Setiap layer tematik ini diberi koordinat UTM ( Universal Transverse Mercator). Sistem koordinat ini memberikan proyeksi lokasi yang berguna untuk memastikan hubungan yang diketahui diantara lokasi pada peta dengan lokasi sebenarnya di bumi.

Proses lain dalam pengelolaan database adalah penggabungan peta yang bersebelahan, proses ini berguna untuk memperkecil volume space atau ruang yang dipakai oleh coverage dan memberikan informasi yang lebih terintegrasi.

Pengembangan Basis Data Spasial Guna menyusun SIG Manajemen Data Migas diperlukan suatu sistem yang dapat menyimpan dan menampilkan data hasil pemetaan berupa informasi lahan dan keterangannya. Informasi lahan sangat penting dalam rencana pengelolaan kawasan serta dapat memberikan penjelasan kepada pengguna tentang apa yang harus dilakukan terhadap lahan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu.SIG merupakan salah satu bentuk dari teknologi informasi yang ada sekarang ini digunakan untuk optimalisasi data potensi migas Sumatera Tengah, yang diperoleh oleh banyak pihak dengan berbagai tujuan yang berbeda. Kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk menyusun basis data dan mengintegrasikan data spasial dengan data atributnya, sehingga sistemnya dapat menjawab baik pertanyaan spasial maupun non spasial.

  • Tahap strategi dan perencanaan sistem, menggunakan pendekatan soft-system development dan structured system de-velopment dengan penekanan padaidentifikasi masalah (sistem) danperencanaan sistem.
  • Tahap analisis sistem, menggunakan pendekatan structured system development dengan melakukan analisis kebutuhan informasi yang akan menjadi prasyarat basis data yang akan dibangun dan analisis fungsional dari sistem yang akan dilakukan otomatisasi

Penyimpanan Data File Pada tahapan perencanaan sistem yang dilakukan disusun data file atau struktur file berdasarkan direktori, sub direktori, dan layer/file. File direktori disusun berdasarkan pengelompokan sesuai kebutuhan antara lain untuk Manajemen Data Potensi Migas Sumatera Tengah. Direktori tersebut yaitu:, blok, lapangan migas, data bawah permukaan, dan data pendukung lain (sejarah lapangan, produksi dancadangan). Masing-masing direktori dibagimenjadi sub-direktori, yaitu : raster, dan gridding.

  • Raster :Kelompok file dari data peta geologi dan peta regional Pulau Sumatera
  • Gridding :Sistem grid yang digunakan(sistem grid UTM)
  • Infrastruktur :Kelompok infrastruktur, batas blok migas.
  • Lapangan Migas :Kelompok file minyak dan gas bumi, seperti sumur, lapangan minyak bumi gas bumi.
  • Data bawah permukaan :Kelompok file dari kontur struktur, isopach, data log.
  • Lain-lain :
    • Kelompok file data yang tidak termasuk file tersebut di atas, ataupun menyangkut lebih dari satu direktori, seperti wilayah administrasi (kota provinsi dan kabupaten,kota sebagai pusat kegiatan migas).Pada gambar berikut ditunjukkan hasil penyusunan data file dalam bentuk hasil cetak ( print out) tampilan web.

 

 


GIS – MAPPING SOLUTION

Geographic information system (GIS) atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi.
Teknologi GIS mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar petanya.
Kemampuan tersebut membuat sistem informasi GIS berbeda dengan sistem informasi pada umumnya dan membuatnya berharga bagi perusahaan milik masyarakat atau perseorangan untuk memberikan penjelasan tentang suatu peristiwa, membuat peramalan kejadian, dan perencanaan strategis lainnya.
GIS adalah sebuah teknologi yang mampu merubah besar-besaran tentang bagaimana sebuah aktivitas bisnis diselenggarakan. Teknologi GIS memungkinkan Anda untuk melihat informasi bisnis Anda secara keseluruhan dengan cara pandang baru, melalui basis pemetaan, dan menemukan hubungan yang selama ini sama sekali tidak terungkap.GIS menempatkan itu semua bersama-sama Dengan GIS Anda mampu melakukan lebih banyak dibanding hanya dengan menampilkan data semata-mata. GIS menggabungkan semua kemampuan, baik yang hanya berupa sekedar tampil saja, sistem informasi yang tersaji secara thematis, dan sistem pemetaan yang berdasarkan susunan dan jaringan lalu-lintas jalan, bersamaan dengan kemampuan untuk menganalisa lokasi geografis dan informasi-informasi tertentu yang terkait terhadap lokasi yang bersangkutan.

Pada aplikasi penanganan kesehatan, misalnya, bisa digunakan untuk memutuskan, di kawasan mana lagikah pusat layanan kesehatan baru akan didirikan berdasarkan atas data-data kependudukan. Selanjutnya, berdasarkan sistem informasi tersebut kita dapat menarik informasi dari peta yang tersedia dalam aplikasi GIS tersebut, atau sebaliknya, memperoleh informasi mengenai peta kawasan tertentu manakah yang akan muncul, jika kita menggunakan informasi tertentu sebagai kriteria pencariannya.

Dan jangan lupa, GIS adalah sebuah aplikasi dinamis, dan akan terus berkembang. Peta yang dibuat pada aplikasi ini tidak hanya akan berhenti dan terbatas untuk keperluan saat dibuatnya saja. Dengan mudahnya kita bisa melakukan peremajaan terhadap informasi yang terkait pada peta tersebut, dan secara otomatis peta tersebut akan segera menunjukkan akan adanya perubahan informasi tadi. Semuanya itu dapat Anda kerjakan dalam waktu singkat, tanpa perlu belajar secara khusus.

GIS memungkinkan Anda untuk membuat tampilan peta serta menggunakannya untuk keperluan presentasi dengan menunjuk dan meng-klik-nya. GIS memungkinkan Anda untuk menggambarkan dan menganalisa informasi dengan cara pandang baru, mengungkap semua keterkaitan yang selama ini tersembunyi, pola, dan kecenderungannya.

Para pelaku bisnis yang bergerak di bidang pemasaran, periklanan, real estate, dan ritel saat ini sudah menggunakan GIS untuk melakukan analisa pasar, mengoptimalkan kampanye periklanan melalui media masa, analisis terhadap bidang-bidang tanah, dan membuat model atas pola pengeluaran. GIS akan merubah banyak hal yang berkait erat dengan pekerjaan Anda, apa pun bisnis Anda tersebut.Apa saja yang bisa Anda kerjakan dengan GIS
Anda tak perlu jadi seorang manajer penjualan, atau perencana rute perjalanan. Jika pekerjaan Anda melibatkan diri Anda pada pengelolaan informasi, dan informasi tersebut dapat diasosiasikan pada sebuah struktur informasi yang berbasis pemetaan secara geografis, maka pada saat itulah GIS akan memberikan peran yang besar, dan akan membantu mengorganisasikan informasi-informasi yang Anda inginkan tersebut dalam format baru, yang memungkinkan Anda memperoleh hal-hal baru yang selama ini tak pernah terbayangkan, dan akan diperoleh lebih banyak lagi informasi dibanding yang selama ini Anda dapatkan. Rasanya, kemungkinan-kemungkinan ke arah itu bisa disebut sebagai tanpa batas.


Divisi GIS/Pemetaan SCOMPTEC akan membantu Anda, dalam hal:

Meningkatkan pengintegrasian organisasi
Banyak organisasi yang sudah mengimplementasi GIS menemukan kenyataan, bahwa keuntungan utama yang mereka dapatkan adalah peningkatan kinerja manajemen terhadap organisasi maupun pengelolaan sumberdayanya.
hal itu terjadi karena GIS memiliki kemampuan untuk menghubungkan berbagai perangkat data secara bersamaan berdasarkan geografis, memfasilitasi informasi-informasi yang terjadi antar bagian, untuk saling termanfaatkan dan dikomunikasikan.
Dengan membuat sebuah database yang bisa dimanfaatkan bersama, maka sebuah bagian akan memperoleh keuntungan dari hasil kerja dari bagian lain, di mana akan berlaku ketentuan, bahwa data cukup sekali dikoleksi, tetapi bisa dimanfaatkan berkali-kali.
Membuat keputusan-keputusan lebih sempurna
GIS bukan sebuah sistem yang mampu membuat keputusan secara otomatis. GIS hanya sebuah sarana untuk pengambilan data, menganalisanya, dari kumpulan data berbasis pemetaan untuk mendukung proses pengambilan keputusan.
Teknologi GIS banyak digunakan untuk membantu berbagai kegiatan pekerjaan seperti penyajian informasi pada saat pembuatan perencanaan, membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kekacauan teritorial.

GIS juga bisa digunakan untuk membantu meraih keputusan mengenai lokasi perumahan baru yang memiliki sesedikit mungkin pengaruh lingkungan, berada di lokasi yang memiliki resiko paling sedikit, dan berada dekat dengan pusat kegiatan kependudukan.
Informasi bisa disajikan secara ringkas dan jelas berupa gambar peta, yang dilampiri dengan laporan, memungkinkan para pemgambil keputusan untuk memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah nyata dibanding dengan upaya memahami data. Karena produk GIS bisa dibuat secepatnya, dengan berbagai skenario, untuk kemudian dievaluasi secara efektif dan efisien.


Membantu membuat peta.
Peta merupakan kunci pada GIS. Proses untuk membuat (menggambar) peta dengan GIS jauh lebih fleksibel, bahkan dibanding dengan menggambar peta secara manual, atau dengan pendekatan kartografi yang serba otomatis.
Dimulai dengan membuat database. gambar peta yang sudah ada bisa digambar dengan digitizer, dan informasi tertentu kemudian bisa diterjemahkan ke dalam GIS. Database kartografi berbasis GIS dapat bersambungan dan bebas skala.
Peta-peta kemudian bisa diciptakan terpusat di berbagai lokasi, dengan sembarang skala, dan menunjukkan informasi terpilih, yang mencerminkan secara efektif untuk menjelaskan suatu karakteristik khusus.

Sifat-sifat sebuah atlas dan serangkaian peta dapat direkam pada program komputer, dan dibandingkan terhadap database pada akhir proses produksi. Produk digital digunakan untuk GIS yang lain bisa dilakukan dengan sederhana, hanya dengan membuat salinan data dari database. Pada organisasi yang besar, database topografi bisa dimanfaatkan untuk kerangka referensi oleh bagian yang lain.

 

 

 


3 responses to “SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Tinggalkan komentar